PERANAN
KAWASAN LAHAN BASAH BAGI HIDUPAN BURUNG AIR DI CAGAR ALAM RAWA DANAU
Arya Arismaya, Dahlan, Hery Jamaksari, Zulfikri, Fadila Tamnge
Cagar Alam Rawa Danau merupakan ekosistem rawa tropis yang ada di pulau
Jawa dan merupakan habitat bagi burung air. Keberadaan burung merandai ini menjadi
indikator mutu dan produktifitas lahan basah. Metode yang digunakan adalah land
dan water surveying (survey darat dan air) yaitu dengan mengamati secara
langsung di lapangan. Ditemukan sebanyak 8 jenis burung merandai dari dua suku. Beberapa jenis dari
burung-burung tersebut termasuk jenis yang dilindungi berdasarkan undang-undang
nomor 7 tahun 1999 yaitu Ardea cinerea, Ardea purpurea, Egretta alba, Egretta
intermedia, Egretta garzeta, dan Bubulcus ibis. Egretta garzetta merupakan burung yang paling mendominasi dan melimpah di
kawasan. Keberadaan Rawa Danau yang sangat penting bagi komunitas
burung merandai. Mengingat pentingnya peranana kawasan lahan basah maka pengelolaan
kawasan yang baik wajib dilakukan dalam upaya
menjaga kelangsungan hidup burung air dan habitatnya. Strategi
peningkatan pengawasan, pengamanan dan pengelolaan Cagar Alam Rawa Danau harus
ditingkatkan untuk mengantisipasi berbagai ancaman baik internal maupun eksternal.
Kata kunci: Lahan basah, burung air, Cagar Alam Rawa Danau.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki area lahan basah yang cukup luas dengan variasi tipe dan ukuran yang
beragam serta tersebar di berbagai pulau (Wibowo et al., 1997). Lahan basah (wetlands) yaitu daerah
rawa, payau, lahan gambut dan perairan, alami atau buatan, tetap atau sementara,
dengan air tergenang atau mengalir, tawar, payau atau asin, termasuk wilayah
perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu air
surut (Nirarita et al. 1996). Lahan basah sebagai ekosistem yang kompleks memiliki berbagai fungsi
ekologis yang sangat penting seperti fungsi pengatur hidrologis, penghasil
sumberdaya alam hayati dan habitat dari berbagai jenis satwa liar dan tumbuhan.
Kekhasan kawasan tersebut menyebabkan adanya pemanfaatan oleh burung-burung air
yang hanya dapat tinggal pada kawasan tertentu atau cocok dengan kebutuhannya. Menurut
Sibuea (1997) kehadiran burung air bisa dijadikan sebagai indikator yang sangat
penting dalam pengkajian mutu dan produksifitas lahan basah. Di Indonesia
setidaknya terdapat sekitar 256 lokasi lahan basah yang diguanakan burung air
(Widodo et
al 1996).
Keberadaan lahan basah sebagai
habitat burung air telah dirumuskan dalam konvensi Internasional Ramsar sebagai
suatu kepentingan internasional (Sibuea, 1997). Salah satu kawasan lahan basah
yang sering dijadikan habitat burung air adalah kawasan mangrove. Secara
ekologis mangrove merupakan daerah peralihan antara perairan laut dan perairan
air tawar, karena itu hanya flora dan fauna yang memiliki kemampuan adaptasi
khusus yang dapat hidup disana (ITTO, 2007). Sebanyak 189 jenis tumbuhan
dan lebih dari 170
jenis burung juga diketahui hidup dikawasan , termasuk beberapa jenis burung yang terancam punah telah
diketahui hidup dalam kawasan mangrove Indonesia (Noor 1994).
Salah satu kawasan lahan basah yang
dijadikan habitat burung air adalah Cagar Alam Rawa Danau. Rawa Danau memiliki kekhasan tersendiri karena merupakan salah satu ekosisitem rawa
tropis yang mulai langka di dunia dan sumberdaya air yang sangat potensial.
Keunikan lainnya adalah diapit langsung oleh pantai dan perbukitan serta
berfungsi sebagai reservoir alami. Dengan kondisi sekarang ini dimana gangguan
manusia sukar dibatasi, ancaman terhadap habitat dan kelestarian burung air di
Cagar Alam Rawa Danau, sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap
kelestarian lahan basah mengingat peranan pentingnya terhadap keberadaan dan
keanekaragaman jenis burung merandai di kawasan tersebut. Untuk memperjelas hal
tersebut maka penelitian yang mengkaji tentang peranan lahan basah terhadap hidupan
burung air penting dilakukan, sehingga dari data yang diperoleh dapat dijadikan
pertimbangan dalam konservasi burung air pada kawasan lahan basah di Indonesia.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui peranan
lahan basah terhadap kelimpahan dan keanekaragaman burung air di Cagar Alam
Rawa danau. Selain itu hasil penelitian ini dapat menjadi data terbaru
berkaitan dengan burung air
pada kawasan CARD serta memberikan
masukan kepada pihak pengelola untuk pengelolaan burung merandai secara
berkesinambungan dan lestari.
METODE PENGAMATAN
Lokasi dan waktu
Pengamatan
dilaksanakan pada tanggal 9-14 Februari 2009 di Cagar Alam Rawa Danau (CARD)
Kabupaten Serang Provinsi Banten. Pengamatan di CARD di lakukan di areal danau
dan pesawahan. Pengamatan pagi hari mulai pukul 06.00-09.00 WIB dan sore hari
pukul 15.00-17.30 WIB.
Alat dan Bahan
Peralatan dan
bahan yang digunakan yaitu binokuler, handycam, kamera digital, recorder, buku
panduan lapang pengenalan jenis burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan
oleh Mackinnon et al. 1998.
Jenis dan Metode Pengambilan
data
Parameter yang diukur yaitu jenis, jumlah, waktu, dan
aktivitas burung. Pengamat mencatat jenis burung yang terlihat dan atau yang
terdengar di sepanjang jalur pengamatan.
Metode
pengambilan data dalam
penelitian mengenai kondisi habitat burung air yaitu dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan langsung di lapangan. Pengamatan burung dilakukan
dengan menggunakan metode land dan water
surveying (survey darat dan air) (Howes et
al 2003). Pengamat berjalan
mengelilingi tepian pulau, menelusuri ke seluruh bagian kawasan pulau serta
mengamati dari atas menara pengamatan. Teropong binokuler dan monokuler
digunakan untuk membantu mengamati burung dari jarak jauh.
Pengamatan
dilakukan selama 3 hari dimulai pada pukul 05.00-19.00 secara kontinu untuk
mengetahui jenis-jenis burung diurnal dan nocturnal yang terdapat pada kawasan
pulau ini. Penelitian ini hanya mencatat jenis-jenis burung yang dapat terlihat
oleh pengamat bukan dari suara yang didengar. Burung yang teramati
diidentifikasi dengan menggunakan buku panduan lapang identifikasi burung MacKinnon
dkk (1998). Identifikasi dilakukan dengan cara mencatat ciri morfologi burung
(meliputi warna tubuh, bentangan sayap, bentuk leher, ukuran paruh dan cara
terbang) yang teramati dan mencocokannya dengan buku panduan lapang tersebut.
Jenis yang belum dapat diidentifikasi selama pengamatan tetap dicatat dengan
memberikan deskripsinya agar saat bertemu kembali dapat teridentifikasi.
Informasi
lain berupa nama pengamat, tanggal, waktu, kondisi cuaca, tipe vegetasi dan
perilaku burung juga dicatat. Pemanfaatan tajuk pohon oleh burung air saat
ditemukan juga dicatat sebagai data pendukung penelitian. Pencatatan jenis,
jumlah dan aktivitas burung dilakukan sepanjang hari.
Analisis data
Pendugaan populasi dilakukan dengan
cara perhitungan individu burung secara total dan langsung. penghitungan jumlah
total burung merupakan jumlah burung yang tercatat dalam pengamatan land dan water survey. Untuk mengetahui
keanekaragaman burung-burung merandai di CARD digunakan angka indeks
keanekaragaman dari Shannon-Wiener dengan rumus ( Bibby et al 2000).
H’ = - ∑
pi ln pi
|
Keterangan:
H’
|
=
indeks keanekaragaman jenis
|
Pi
|
=
proporsi nilai penting (perbandingan antara jumlah individu jenis ke-i dengan
seluruh jenis
|
Data habitat diambil dengan
mengamati kondisi habitat Rawa Danau secara langsung. Data yang diambil berupa
struktur vegetasi dan kondisi Rawa Danaunya itu sendiri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis-jenis Burung Air
Burung-burung
merandai yang menghuni Cagar Alam Rawa Danau terdiri dari jenis-jenis burung
yang menetap dan tidak menetap. Jenis burung yang menetap adalah jenis burung
yang menetap sepanjang tahun. Sedangkan jenis yang tidak menetap hanya
menggunakan Rawa Danau sebagai tempat singgah. Berdasarkan hasil penelitian burung
merandai yang berada di CA Rawa Danau berjumlah 8 jenis yang masuk kedalam 2
famili (Tabel 1). Dalam mencari makan burung merandai berdasarkan waktunya,
burung merandai dibedakan menjadi burung yang bersifat diurnal dan nokturnal. Burung
merandai yang bersifat nokturnal seperti Kowak malam kelabu, tapi burung ini
tidak ditemukan di CA Rwa Danau. Burung merandai yang bersifat diurnal seperti
cangak abu, cangak merah, kuntul besar, kuntul sedang, kuntul kecil.
Tabel 1. Jenis-jenis burung merandai yang ada di Cagar Alam Rawa Danau
No
|
Famili
|
Nama Lokal
|
Nama Ilmiah
|
Nama Inggris
|
1.
|
Ardeidae
|
Cangak abu
|
Ardea
cinerea
|
Grey Heron
|
Cangak merah
|
Ardea
purpurea
|
Purple Heron
|
||
Kuntul besar
|
Egretta
alba
|
Great egret
|
||
Kuntul perak
|
Egretta
intermedia
|
Intermediate Egret
|
||
Kuntul kecil
|
Egretta
garzeta
|
Little Egret
|
||
Kuntul kerbau
|
Bubulcus
ibis
|
Cattle egret
|
||
Blekok sawah
|
Ardeola
speciosa
|
Javan pond Heron
|
||
2.
|
Rallidae
|
Kareo padi
|
Amaurornis
phoenicurus
|
White-breasted waterhen
|
Pendugaan kelimpahan jenis
Jenis
kuntul kecil merupkan jenis yang memiliki kelimpahan tertinggi yaitu 0,722
sedangkan jenis kareo padi memilki kelimpahan paling rendah yaitu 0,009.
Jenis-jenis kuntul dan cangak (family
Ardeidae) dalam melakukan berbagai aktifitasnya dijumpai menyebar hampir pada
semua kawasan. Selain jenis famili Ardeidae, ditemukan juga jenis suku Rallidae
yaitu kareo padi (Amaurornis phoenicurus), jenis burung ini merupakan jenis yang paling sulit
ditemukan, hal ini dikarenakan jenis burung ini lebih menyukai diam di
semak-semak dibandingkan terbang.
Berdasarkan
hasil perhitungan, secara umum jumlah individu burung air jenis Egretta garzeta paling dominan
dibandingkan jenis burung air lainnya. Sedangkan jenis Amaurornis
phoenicurus merupakan jenis burung air yang paling sedikit jumlahnya (Gambar 1).
Gambar 1. Jumlah burung air yang ditemukan di Cagar Alam Rawa Danau.
Cagar
Alam Rawa Danau merupakan salah satu ekosistem
rawa tropis yang mulai langka di dunia dan sumberdaya air yang sangat
berpotensial. Secara umum tipe ekosistem
Rawa Danau dibagi kedalam tiga kelompok ekosistem, yaitu rawa alang-alang (grass swamp), hutan rawa dan pesawahan.
Rawa alang-alang merupakan kelompok vegetasi yang paling dominan dan tersebar
hampir diseluruh kawasan. Sedangkan hutan rawa hanya terdapat dibeberapa bagian
saja dan pesawahan terdapat di bagian tepi rawa.
Inventarisasi
burung merandai yang dilakukan di Rawa Danau menemukan sebanyak 8 jenis burung
merandai yang termasuk kedalam 2 suku. Beberapa
jenis dari burung-burung tersebut termasuk jenis yang dilindungi berdasarkan
undang-undang nomor 7 tahun 1999 yaitu cangak abu (Ardea cinerea), cangak
merah (Ardea purpurea), kuntul besar (Egretta alba), kuntul sedang (Egretta
intermedia), kuntul kecil (Egretta garzeta), dan kuntul karang (Bubulcus
ibis). Kuntul kecil (Egrea
garzetta) merupakan jenis burung merandai yang sering ditemukan selama
pengamatan. Burung ini terbang dalam jumlah berkelompok antara 15-20 ekor.
Selain itu, Egerta garzetta ini
merupakan burung merandai yang paling melimpah di Cagar Alam Rawa Danau, yaitu
dengan nilai kelimpahannya sebesar 0.722. dan selama pengamatan ditemukan
sebanyak 78 ekor.
Burung
sebagai salah satu komponen ekosistem memerlukan tempat atau ruang untuk
mencari makan, minum, berlindung, bermain dan tempat untuk berbiak, tempat yang
menyediakan kebutuhan tersebut dinamakan habitat (Odum 1971; Alikodra 2002). Habitat secara sederhan dapat dikatakan
tempat dimana burung itu berada. Faktor yang menentukan keberadan burung adalah
ketersediaan pakan, tempat untuk istirahat, berbiak, bersarang, bertengger dan
berlindung.
Kebanyakan dari burung
merandai lebih menyukai tipe dearah rawa alang-alang sebagai habitatnya untuk
melakukan aktivitasnya dibandingkan dengan dua tipe lainnya. Kondisi vegetasi
pada rawa alang-alang yang didominasi oleh vegetasi alang-alang dan semak
berair merupakan tempat yang banyak menyediakan makanan berupa ikan, amfibi dan
reptil kecil. Sehingga burung merandai lebih menyukai tempat tersebut.
Selain faktor makanan,
faktor keamanan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
pengguanaan suatu lokasi untuk dijadikan habitat. Habitat sebagai tempat hidup
dan berkembangbiak satwa harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman serta
dapat menyediakan kebutuhan hidup satwa tersebut secara berkesinambungan.
Apabila keadaan habitat tidak lagi memenuhi kebutuhan hidup satwa , maka satwa
tersebut akan berpindah mencari tempat yang memungkinkan untuk hidup dan
membesarkan anaknya.
Menurut Sibuea
(1997) kehadiran burung merandai (air) bisa dijadikan sebagai indikator
yang sangat penting dalam pengkajian mutu dan produksifitas lahan basah. Sehingga
keberadaan burung merandai di Cagar Alam
Rawa Danau memberikan indikasi bahwa mutu
dan produksifitas lahan basah Rawa Danau masih baik. Dengan mutu dan produktifitas
yang baik Rawa Danau yang baik, maka berlangsungan Rawa Danau sebagai reservoir
alami akan tetap terjaga.
Peranan lahan basah
Lahan
basah di kawasan CARD sangat berpengaruh bagi keberadaan dan keanekaragaman
burung air. Areal tersebut merupakan tempat yang paling banyak digunakan untuk
melakukan aktivitas harian bagi burung air. Aktivitas yang terlihat antara lain
pembuatan sarang, membesarkan anak, beristirahat, berlindung dan terutama untuk
mencari pakan. Hal serupa juga dikatakan oleh Mustari (1992) dalam penelitiannnya di Cimanuk Indramayu.
Penyedia pakan
Burung air cenderung berkumpul dan terkonsentrasi dalam mencari makan
pada suatu daerah dimana keberadaan mangsa mereka mudah untuk didapat. Jenis-
jenis mangsa utama yang disukai oleh burung air antara lain Bivalvia,
Gastropoda, Crustaceae, Polychaeta dan Pisces. Jenis-jenis mangsa tersebut biasa
terdapat dalam air dan berlumpur.
Hal inilah yang menyebabkan banyak jenis burung air mendatangi kawasan lahan basah untuk mencari
makan.
Shelter dan breeding
site
Berdasarkan pengamatan umumnya
burung-burung air membuat sarang pada hutan sdi sekitar kawasan dan vegetasi
yang terdapat pada kawasan ini. Bagi beberapa jenis burung air seperti kuntul
dan pecuk vegetasi pada lahan basah dan sekitarnya menyediakan ruang yang
memadai untuk membuat sarang. Hal ini dikarenakan sedikitnya gangguan yang
ditimbulkan oleh predator. Dalam pemilihan lokasi bersarang menurut
Collias dan Collias (1984), suatu jenis burung sangat dipengaruhi oleh faktor
keamanan dari predator dan gangguan dari faktor fisik lingkungan seperti suhu
harian, curah hujan, dan kecepatan angin.
Upaya Pelestarian
Meskipun
kondisi Rawa Danau masih baik sampai sekarang ini, tapi jika tidak ada
pengelolaan yang baik maka kondisi tersebut akan cepat berubah. Strategi
peningkatan pengawasan, pengamanan kawasan, adanya pengelolaan dan kemudahan
aksas pengelolaan untuk mengantisipasi ancaman-ancaman eksternal seperti
perburuan satwa terutama burung dan pengkonversian rawa menjadi pesawahan harus
dilakukan.
Dalam jangka
panjang perlu diadakan suatu pengelolaan mengenai kawasan perlindungann burung.
Kawasan perlindungan burung ini bertujuan untuk menyediakan tempat khusus bagi
burung beserta habitatnya yang bebas dari segala macam gangguan terutama
gangguan dari aktifitas manusia. Dengan memperketat pengamanan sesuai dengan
fungsi kawasan yang berstatus
Cagar Alam, diharapkan bisa memberikan keamanan bagi burung-burung melakukan
aktifitasnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kondisi
kawasan perlindungan burung ini harus dipelihara agar masing-masing ruang tidak
banyak mengalami perubahan , seperti tidak mengkonversikan rawa menjadi
pesawahan dan mempertahankan subhabitat yang telah ada. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemeliharaan dan pengamanan agar ruang yang ada dalam kawasan
perlindungan burung tetap tersedia dan aman dari gangguan.
Beberapa
program yang dapat dilakukan dalam pengelolaan kawasan adalah perlindungan dan pengamanan fisik
kawasan, identifikasi daerah-daerah
rawan gangguan, kegiatan
sosialisasi batas, pengembangan
kemitraan, pemasangan pengumuman, dan perlunya penegakan hukum. Dengan terintegrasi dan
terrealisasinya strategi tersebut serta dengan dukungan semua pihak maka upaya pelestarian hidupan liar khususnya
burung air di CARD akan semakin baik.
KESIMPULAN
Keberadaan lahan basah pada kawasan CARD sangat
berperan terhadap eksistensi dan keanekaragaman burung air. Hal ini berkaitan
dengan fungsi lahan basah sebagai ekosistem kompleks yang memiliki berbagai
fungsi ekologis yang sangat penting seperti fungsi pengatur hidrologis,
reservoir alami dan memiliki kekhasan sebagai habitat burung air. Terdapat
delapan jenis burung merandai yang ada di Cagar Alam Rawa Danau yang
berasal dari dua suku. Beberapa jenis dari burung-burung tersebut
termasuk jenis yang dilindungi berdasarkan undang-undang nomor 7 tahun 1999
yaitu Ardea cinerea, Ardea purpurea,
Egretta alba, Egretta intermedia, Egretta garzeta, dan Bubulcus ibis. Kuntul kecil (Egretta
garzetta) merupakan
burung yang memiliki kelimpahan tertinggi, mendominasi dan paling umum
ditemukan. Sementara itu,
ancaman berupa ganguan baik internal maupun eksternal dirasakan semakin besar. Dengan
kondisi yang demikian maka perlu adanya perhatian khusus dari berbagai pihak
untuk upaya pelestarian vegetasi mangrove pada kawasan ini. Beberap langkah strategis yang dapat dilakukan yaitu
peningkatan pengawasan, pengamanan dan pengelolaan Cagar Alam Rawa Danau harus
ditingkatkan untuk mengantisipasi ancaman terhadap kelestarian kawasan beserta hidupan liarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 2002. Pengelolaan satwakiar. Jilid 1. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan
IPB.
Bibby CM, jones M, dan
Marden S. 2000. Teknik-teknik
Ekspedisi Lapang: Survey Burung. Bogor. Birdlife International-Indonesia
Proramme.
Howes J.,
Bakwell D., dan Noor YR. 2003. Panduan studi
Burung Pantai. Bogor: Wetlands
International-Indonesia Programme.
ITTO. 2007. International Tropical Timber Organization
(ITTO) Workplan 2002-2006. Bogor.
Nirarita CE., Wibowo P., Susanti S., padmawinat D.,
Kusmarini,. Syarif M., Kusniangsih dan Sinulingga LBR. 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia. Bogor: Wetlands
International-Indonesia Programme.
Noor, Y R. 1994. Pengetahuan Mengenai Burung Air di
Indonesia Khusunya Burung Air Migran. Paper presented on Wetland Conservation
Assesment and Management Training Course III. Bogor.
Odum EP. 1993. Fundamental
of Ecology. Ed 3th. Philadelphia. W.B Saundres Co..
Sibuea TH. 1997. Konservasi Burung Air dan Lahan Basah di
Indonesia. Seminar Nasional Pelestarian Burung dan Ekosistemnya dalam
Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Bogor: Pusat Antar Universitas, IPB.
Sukmantoro W., Irham M.,
Novarino W., Hasudungan F., Kemp N., & Muchtar M.
2007. Daftar Burung Indonesia no. 2. Bogor: Indonesian
Ornithologists’ Union.
Widodo W., Noor YR., dan Wirjoatmodjo S. 1996. Pengamatan Burung-Burung air di Pantai
Indramayu-Cirebon, Jawa Barat. Media Konservasi V (1):11-15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar