Strategi Konservasi Dengan Kembali Pada Hakekat Kehidupan Manusia
(Oleh: Arya Arismaya Metananda)
Ada sebuah pernyataan menggelitik
bahwa jangan sampai kita merumuskan/ identifikasi
permasalahan yang salah sehingga keputusan yang diambil pun salah. Pernyataan
ini terasa pas bila kita tujukan pada sebagian besar kita yang berselimutkan
niat untuk memajukan bangsa ini. Serupa dalam hal upaya konservasi satwa liar dan tumbuhan. Selalu yang dieluhkan ialah areal konservasi
yang terus berkurang. Bukankah ini suatu kenaifan ditengah laju penduduk yang
tidak mungkin dibendung???
Lalu permasalahannya, apakah dampak berupa
konversi lahan ataukan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya konversi lahan
tersebut yang dianggap sebagai akar masalah. Pandang kami, konversi lahan ialah
kondisi marginal, bukan masalah. Adapun masalahnya ialah bagaimana mengatur
kehidupan manusianya yang terus-menerus meningkat beriringan dengan kebutuhan hidupnya.
Sebagai
makhluk beragama sadar atau tidak kita kerap meninggikan paham kebenaran kita
di atas kebenaran khalayak. Bukti sederhananya ialah adanya konflik of interest
antara kebutuhan ekonomi dan keperluan ekologi sebagai mandat Tuhan kepada kita
semua. Disinilah peran IMAN sebagai pondasi awal/ hakekat kehidupan manusia.
Keberadaan IMAN dalam meyakini keberadaan Sang Khalik akan menyatukan dan tidak
akan menyesatkan manusia. Adapun interpretasi cara menjalankannya, itulah yang
membedakan yang kemudian kita kenal dengan beragama.
Pondasi
IMAN akan melahirkan keputusan yang Adil, Beradab dan Bermoral bagi
kemaslahatan isi jagat raya. Tidak hanya manusia namun makhluk lainnya di alam
semesta ini. Tidak ada keberpihakan hanya pada satu pihak lalu mendzolimi yang
lainnya, itulah IMAN sebagai hakekat kehidupan manusia (Gambar 1).
Gambar 1
Konsep hakekat kehidupan manusia.
Pondasi IMAN
juga akan menuntun manusia pada pengambilan putusan yang tepat atas masalah
yang tepat. Putusan itu lahir dari sebuah pengkajian/ penelitian dimana
hasilnya akan memberikan kemaslahatan bagi seluruh isi jagat raya, bukan pada
kepentingan menguntungkan pihak tertentu seperti yang saat ini banyak terjadi.
Kita telah banyak mengambil keputusan besar menyangkut hajat hidup orang banyak
tanpa didasarkan pertimbangan konferhensip dan jangka panjang. Banyak pembukaan
lahan untuk dijadikan pertambangan dengan dalih ekonomi semata, mampu
memberikan lapangan pekerjaan bagi orang banyak. Namun dilain sisi kita lupa
dampak yang diakibatkan dari keputusan besar tersebut. Peristiwa banjir, abrasi
air laut, tercemarnya sungai, matinya ikan serta kondisi lainnya yang langsung
berimplikasi buruk pada kehidupan manusia. Ini adalah fakta sederhana yang kita
lupakan saat pengambilan keputusan yang didasarkan hanya pada nafsu bukan
karena IMAN.
Kita terus
melangkah tanpa banyak mengevaluasi diri (ciri keIMANan). Banyak putusan lahir
dari tarik ulur kepentingan pihak tertentu tanpa ada pengkajian yang benar dan
mendalam. Tanpa research yang benar dan mendalam lalu mana mungkin masalah yang
teridentifikasi akan benar, dan putusan yang benar. Inilah yang kami maksud
kemudian mengindentifikasi masalah yang salah sehingga putusannya pun salah.
Buktinya sampai saat ini belum banyak penelitian mengenai apa manfaat resources bagi manusia ditinjau dari segi
bioprospeksinya. Bukankah Tuhan telah menyebutkan bahwa
tidak ada dari ciptaannya yang sia-sia??. Inilah kemudian yang perlu terus kita
ungkap “IQRO” guna meningkatkan keIMANan kita pada Sang Khalik. keIMANan juga
yang akan menjaga kita untuk menjalankan hidup memenuhi kebutuhan pangan,
sandang, papan serta menjaga lingkungan hidup berserta isinya.