MUHAMMAD SAW dan LEADERSHIP
Oleh : Arya Arismaya
Metananda
Alhamdulillah hirabbil aalamin, Wabihinastaiinu alaa umuuriddunyaa waddin.
Wassalaatuwassalam alaa asrafil ambiya iwalmursaliin syaiidina
muhammadin wa alaa alihii wassahbihi ajjmaiin. Amma ba’du.
Alhamdulillah waa syukrulillah. kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT
atas segala rahmat dan nikmat yang telah kita terima termasuk nikmat Iman dan
Islam yang tetap terpelihara dan menjadi keyakinan kita sekarang ini.
Keyakinan akan Iman dan Islam merupakan nikmat yang tak ternilai
harganya karena, sebagai penganut Islam sejati kita mempunyai idola pemimpin
umat yakni, Nabi Muhammad SAW.
Hadirin
yang kami hormati,
Maka,
perkenankan kami kali ini untuk menyampaikan materi dengan tema, “Muhammad
SAW dan Leadership”.
Sudah menjadi suatu kebenaran umum, prestasi kepemimpinan selalu
melekat padanya nilai-nilai keteladanan yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin
bagi rakyat yang dipimpinnya. Dengan keteladanan yang ditunjukkannya, maka
rakyat yang dipimpin tidak sekedar memberi apresiasi positif, tetapi juga
selalu terdorong untuk mengikuti jejak langkah pemimpinnya. Demikianlah
perilaku pemimpin itu menjadi referensi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Ciri-ciri perilaku pemimpin seperti yang saya sebutkan tadi ada pada
diri Nabi Muhammad SAW yang pantas kita teladani. ALLAH SWT berfirman dalam
Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut :
Artinya :
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Kaum Muslimin
Rohimakumullah
Ayat tadi, memberi penjelasan pada kita
bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan pemimpin yang dapat dijadikan teladan karena
sikap dan kepribadiannya maupun sifat-sifatnya yang shiddiq, tabliq, amanah, dan
fathanah.
Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa kata hasanah ditafsirkan
sebagai hal yang baik untuk di ikuti, baik keteguhan serta kesabaran beliau
yang diterapkan dalam segala bentuk. Sebagai pemimpin yang sempurna beliau
tetap rendah, beliau tidak berharap dipuji/ disanjung, beliau pun tidak pernah
memerintahkan umatnya untuk memujinya apalagi mengkultuskannya, karena yang
sangat berhak untuk dipuji hanyalah ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau
kita berbicara idola, maka selayaknya kita mengidolakan Nabi Muhammad SAW
sebagai orang nomor satu untuk kita panuti baik dulu, kini, dan akan datang,
kenapa saya katakan demikian, karena beliau merupakan pemimpin tiada tanding.
Namun bila kita berbicara tentang idola kita, saya ingin bertanya kepada
hadirin, siapa sich idola anda ??? Ayo,
siapa yang bersedia menjawab??
Berkaitan dengan pertanyaan saya ini, jika saya lontarkan kepada
kelompok ABG umpamanya, maka hampir dapat dipastikan jawaban mereka adalah
mengidolakan para selebritis. Sebagai contoh: Ada yang mengidolakan Inul Daratista,
Manohara, Agnes Monica, Ariel Peterpan dan lain-lain.
Betul begitu Pak??, betul begitu Bu ? ?, Betul Pak, Bu ? ? ?
Ya……….., syah-syah saja mengidolakan selebritis tapi sebagai pemeluk
agama Islam yang taat, maka sudah semestinya kita menempatkan/ mengidolakan
sosok Nabi Muhammad SAW sebagai yang terdepan.
Ikhwanul
muslimin rahimakumullah
Perlu
kita ketahui bersama bahwa di antara pemimpin yang dibesar-besarkan orang, Nabi
Muhammad SAW tidak ada tolak bandingnya, dengan kata lain beliau adalah
pemimpin dunia terbesar sepanjang sejarah. Karena hanya dalam waktu 23 tahun
atau kurang dari seperempat abad, Beliau telah menghasilakn tiga karya besar
yang belum pernah dicapai oleh pemimpin manapun di seluruh dunia sejak Nabi
Adam As. sampai sekarang. Tiga karya besar yang saya sebutkan tadi adalah
keberhasilan Beliau menjadikan bangsa Arab memiliki keyakinan tauhid,
menjadikan bangsa Arab yang bersatu dalam ikatan keimanan Islam, dan menjadikan
bangsanya menjadi Negara kesatuan yang terbentang luas dari benua Afrika sampai
benua Asia.
Apa kira-kira yang
menjadi kunci dari keberhasilan beliau dalam waktu relatif singkat? Jawabannya
terletak pada tiga hal, yakni keunggulan Agama Islam , ketepatan sistem dan
metode yang beliau gunakan untuk berdakwah, serta kepribadian Beliau dalam hal
kepemimpinan.
Hadirin yang dimuliakan
Allah
Salah
satu perwujudan kepemimpinanya, dalam berdakwah nabi Muhammad dijelaskan Allah
dalam Q.S An-Nahl ayat 25 yang berbunyi sebagai berikut.
Artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Berdasarkan
firman Allah tersebut, dijelaskan bahwa seorang pemimpin yang baik seperti yang
dilansir dalam tafsir Al-azhar karangan Prof.Dr.Hamka adalah Al-Mau’idzhotil
hasanah yakni memberikan pengajaran serta pesan-pesan yang baik dalam bentuk
nasihat. Contoh sederhana dengan
pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Pendidikan
ini tidak hanya berupa kata-kata belaka, namun orang tua dapat menunjukan sikap
dan perilaku peribadatan yang nyata kepada anaknya. Ini kami pandang penting karena
banyak sekarang ini kita melihat, orang tua yang menyuruh anaknya sholat atau
pergi mengaji sementara orang tuanya
sendiri tidak mencontohkan hal demikian. Ada
juga contoh ironis, pihak kejaksaan yang biasanya menindak/menvonis terdakwa
korupsi,malah mereka sendiri yang terjerat dalam kasus korupsi. Lalu sekarang dari sekian persoalan yang
ada tersebut kemana arah acuan kita bila pemimpin-pemimpin yang ada tidak
menunjukkan sikap dan teladan yang baik kepada masyarakatnya. Jawabannya terdapat
pada gaya
kepemimpinan Rasulullah SAW. Tidak ada cacat satu pun dari kepemimpinan beliau.
Maka wajar dalam sebuah hadist Qudsi Allah menyebutkan ” kalau tidak karena
engkau, hai Muhammad, kalau tidak karena engkau, tidaklah akan aku jadikan
langit dan bumi.
Hadirin
yang kami hormati,
Selain apa yang kami sebutkan di atas, contoh keteladanan lain yang
dapat kita ambil dari sosok rasulallah SAW, sebagaimana termaktub dalam al-qur`an
Surat Al-Imran ayat 159 sebagai berikut :
Artinya :“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal
kepada-Nya.”
Dari ayat tersebut dapat kami jelaskan
sikap-sikap rasul yang kita dapat kita ikuti ialah:
- Bersikap lemah lembut
- Selalu memaafkan kesalahan orang lain betapapun besar kesalahan tersebut, selama kesalahan tersebut terhadap pribadi beliau.
Untuk
hal yang saya sebut nomor dua ini, sangat kontras dengan kita sekarang ini di
mana jika ada salah yang diperbuat orang lain kepada kita, kita cenderung mengatakan
tiada maaf bagimu. Bukan begitu Pak ? ? ?
- Memintakan ampun atas dosa dan kesalahan orang lain kepada ALLAH SWT ,
- Selalu mengajak bermusyawarah dengan para sahabat beliau dalam urusan dunia dan beliau selalu konsekuen memegang hasil keputusan musyawarah.
- Jika beliau ingin melakukan sesuatu, maka beliau selalu bertawakal kepada ALLAH SWT dalam arti direncanakan dengan matang, diprogramkan, diperhitungkan anggarannya, dan ditentukan sistem kerjanya.
Hadirin
yang kami hormati,
Semua
yang kami paparkan tadi, merupakan ciri kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan itu
semua pantas menjadi teladan bagi kita semua. Keteladanan seorang pemimpin
sangat penting dalam menciptakan tatanan kehidupan sosial yang lebih baik, yang
tentunya dapat dinikmati oleh setiap orang nantinya
Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW
merupakan pemimpin yang agung, pemimpin yang paripurna, keteladanan beliau
tidak perlu diragukan lagi, dengan terlebih dahulu memberikan contoh itu sudah
merupakan bukti nyata bagi kita semua.
Tugas kita sekarang adalah taat pada ajaran beliau walaupun beliau
sudah lama tiada tapi jangan lupa bahwa beliau telah meninggalkan wasiat, yakni
dua perkara Al-Qur’an dan Hadist rasulallah SAW yang mana bila kita berpegang
kepada keduanya, maka kita akan selamat dunia dan akhirat.
Semoga apa yang kami sampaikan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amiin.
Hadanallah waa iyaakum
ajmaiin, Wassalamualaikum. War. Wab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar