Mengapa kita harus beribadah?
Oleh:
Arya Arismaya
1.
Tugas kekhalifahan bagi
manusia
Manusia
diciptakan Allah sebagai khalifah dimuka bumi, maka manusia harus bertanggung
jawab dan tunduk dan taat kepada aturan, perintah Allah dan menjauhi
larangannya. Manusia wajib mengelola dan mengatur alam.
Firman Allah
dalam Surat Al Baqarah Ayat 30:
|
|
2.
Pengakuan manusia kepada
Allah swt
Ketika
diciptakan manusia diminta pengakuannya bahwa hanya Allah Tuhan yang
menciptakan dan memeliharanya. Pengakuan tersebut merupakan saksi terhadap
fitrah pengakuannya kepada Allah.
Firman Allah
dalam surat Al
A’raf ayat 172 :
وَإِذْ أَخَذَ
رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى
أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
|
Dan , ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka : "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul ,
kami menjadi saksi". agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan:
"Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini ",
|
Pengakuan
terhadap keesaan Allah yang menciptakan dan memelihara alam, yang diucapkan
oleh setiap jiwa manusioa yang dilahirkan, disambung setelah manusia lahir ke
dunia dengan ucapan dua kalimat syahadat. Pengakuan tersebut harus dibuktikan
dengan rupa-rupa amal yang diperintahkan oleh Allah swt.
3.
Pembuktian di hari Kiamat
Dalam aturan Allah
swt ada ketentuan mengenai pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas
kekhalifahan dan sebala amal ibadah manusia.
Untuk itu Allah
menempatkan malaikat aparat yang bertugas mengawasi, meneliti dan mencatat,
bahkan menilai amal ibadah manusia, bail amalan hati, lisan maupun perbuatan,
panca indera dan anggota badan lainnya.
Penelitian dan
pencatatan itu dengan seteliti mungkin sehingga tidak akan ada satupun amal
perbuatan yang terlewati meskipun tersembunyi dan sangat kecil. Semuanya akan
dicatat sebagai bukti di hari Akhir. Dengan teknologi Allah yang super canggih
semuanya akan dihitung dan dinilai dihadapan mahkamah Allah di hari kiamat.
Dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, dinilai berdasarkan kuantitas dan
kualitasnya, sehingga bisa ditetapkan apakah amalan manusia di dunia itu gagal
atau berhasil.
Semua tugas
kekhalifahan dan tugas ibadah manusia akan terbukti.
Bagi yang
berhasil tentu akan menerima bintang tanda jasa amal bakti dan berada dalam
keridlaan Allah, diantar oleh para malaikat untuk memasuki surga dengan upacara
dan penghormatan yang agung, mendapat ucapan selamat dari para malaikan atas
keselamatannya.
Sebaliknya bagi
yang gagal dan gugur dalam hisab dan mizan akan menyesal yang tiada tara, mendapat murka Allah diseret dengan paksa memasuki neraka yang penuh
kehinaan.
Bagaimana cara
Allah melaksanakan sistem pengawasan melekat, penelitian dan menilai amal
manusia untuk membuktikan dalam
pemeriksaanNya di hari Kiamat, digambarkan dalam Al-Qur’an surat Yasin ayat 65:
”Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah
kepada Kami tangan mereka dan memberikan kesaksian kaki mereka terhadap apa
yang dahulu mereka kerjakan” (Yasin:65)
4.
Adanya akal bagi manusia
Salah satu
karunia Allah terhadap manusia yang paling mahal adalah akal. Sebagai pusat
penalaran dan pemikiran sehingga dapat memahami dan mengerti segala persoalan
yang sedang dihadapi.
Dengan akalnya
manusia dapat mengerti aturan Allah, memahami hukum-hukum syari’at Islam,
kemudian melaksanakannya. Karena akalnya pula manusia dapat menerima aturan
Allah dan RasulNya sehingga manusia harus bertanggung jawab segala amal
perbuatannya.
Akal manusia
perlu dipelihara dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu manusia
harus belajar, menuntut ilmu dari bauaian hingga liang lahat. B nayak ayat
alQur’an yang mewajinlan dan mendorong manusia agaer menggunakan akalnya,
berfikir rasional, dan memperhatikan segalam yang ada di alam ini untuk
menemukan kebenaran dan kemaslahatan.
Segala bentuk
penciptaan Allah di alam ini menjadi bahan pemikiran manusia dan merupakan alat
bukti kekuasaan Allah sehingga mengantarkan manusia untuk menemukan keyakinan
yang benar bahwa Allah menciptakan semua itu tidak sia-sia.
Konsep ulul
albab (orang yang berakal) dalam alQur’an memberi pola paripurna kepada manusia
bahwa manusia selain harus perfikir dan berzikir secara kontinyu juga harus
menggunakan akal untuk memanfaatkan segala keadaan. Dengan berfikir dan
berzikir, manusia bisa menyerap benarnya undang-undang Allah serta cepat
memahami terhadap nilai yang ada dalam prinsip-prinsip Ketuhanan.
Firman Allah
dalam surat Ali
Imran ayat 190-191:
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang berfikir, yaitu orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata); ’Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali
Imaran: 190-191)
Manusia yang
tidak mau menggunakan akalnya akan ketinggalan jaman, akan kehilangan pegangan
terhadap undang-undang Allah, akan menjadi salah langkah dan sesat.
5.
Memiliki hati atau qolbu
Karunia Allah
yang berupa Qalbu atau hati ini merupakan pusat pengendalian rasa dan keinginan
atau iradat manusia. Yang mengatur tingkal laku dan langkah manusia adalah
hati. Kekuatan iradat ini menyebabkan manusia mau melaksanakan kegiatan untuk
mencapai segala tujuan hidupnya secara sungguh-sungguh. Karena rasa yang ada
dalam hatilah manusia bersemangat mencintai Allah dan RasulNya. Dengan iradat
ini manusia melaksanakan segala kewajibannya dengan didasari keinginan sendiri
berdasarkan pilihan sendiri.
Mata hati
manusia yang tajam akan mampu menangkap dan melihat cahaya petunjuk Allah serta
capat menerima kebaikan, mampu melihat dengan jelas segala godaan setan yang
akan menyusup kepada dirinya, mampu meneliti penyakit-penyakit dan kuman-kuman
yang akan mengotori dirinya, mampu meneliti penyakit yang mulai menempel, dan
sebagainya. Sebaliknya, mata hati yang tumpul akan menjadi mata hati setan yang
tumpul dan tuli, tidak mampu melihat kebenaran, kebaikan, terkurung nafsu, dan
selamanya berbuat maksiat. Dalam surat
Al-A’raf dijelaskan sebagai berikut:
”Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka
Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereke mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 179)
6.
Adanya kemampuan dan
kekuatan untuk melakukan
Yang terakhir,
penyebab manusia harus beribadah yaitu memiliki kemampuan untuk melaksanakan
perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Allah sudah menyempurnakan
manusia dengan anggota badan yang lengkap, panca indera yang sempurna, serta
sarana-sarana lainnya untuk beramal saleh.
Hubungan dengan
sesamanya yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara pribadi maupun
dalam hubungan sosial. Demikian juga hubungan dengan alam lainnya.
Panca indra dan
anggota badan lainnya merupakan alat badani manusia untuk berkarya dan beramal.
Dengan dikomando oleh hati, dikendalikan oleh akal, setiap pekerjaan yang
dilakukan manusia berdasar terhadap kesadaran, keinginan dan pengertian, dan
kemampuan untuk mempertanggungjawabkannya. Untuk melaksanakan segala sesuatu
dengan sempurna diperlukan peralatan yang lengkap, seperti lidah untuk
berbicara, telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, hidung untuk mencium,
tangan untuk memegang, kaki untuk melangkah, dan sebagainya. Peralatan tersebut
mungkin saja kerjanya tidak sempurna karena sudah lemah, atau tidak berfungsi,
sehingga kesempurnaan bekerja bergantung kepada kondisi. Sakit, cacat, atau
badan lemah seperti tuli, bisu, dan sebagainya menyebabkan kemampuan manusia
melaksanakan kekhalifan di dunia, untuk memegang amanah dan beribadah menjadi
berkurang, sehingga kelak dalam mempertanggungjawabkannya pun di hadapan Allah
berdasar kepada kuat atau lemahnya fisik masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar