Jumat, 01 Juni 2012

Mengapa kita harus beribadah?


Mengapa kita harus beribadah?
 Oleh: Arya Arismaya 
1.      Tugas kekhalifahan bagi manusia

Manusia diciptakan Allah sebagai khalifah dimuka bumi, maka manusia harus bertanggung jawab dan tunduk dan taat kepada aturan, perintah Allah dan menjauhi larangannya. Manusia wajib mengelola dan mengatur alam.
Firman Allah dalam Surat Al Baqarah Ayat 30:



وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ

 Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

2.      Pengakuan manusia kepada Allah swt

Ketika diciptakan manusia diminta pengakuannya bahwa hanya Allah Tuhan yang menciptakan dan memeliharanya. Pengakuan tersebut merupakan saksi terhadap fitrah pengakuannya kepada Allah.
Firman Allah dalam surat Al A’raf ayat 172 :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

 Dan , ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka : "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul , kami menjadi saksi". agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini ",
Pengakuan terhadap keesaan Allah yang menciptakan dan memelihara alam, yang diucapkan oleh setiap jiwa manusioa yang dilahirkan, disambung setelah manusia lahir ke dunia dengan ucapan dua kalimat syahadat. Pengakuan tersebut harus dibuktikan dengan rupa-rupa amal yang diperintahkan oleh Allah swt.

3.      Pembuktian di hari Kiamat
Dalam aturan Allah swt ada ketentuan mengenai pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas kekhalifahan dan sebala amal ibadah manusia.
Untuk itu Allah menempatkan malaikat aparat yang bertugas mengawasi, meneliti dan mencatat, bahkan menilai amal ibadah manusia, bail amalan hati, lisan maupun perbuatan, panca indera dan anggota badan lainnya.
Penelitian dan pencatatan itu dengan seteliti mungkin sehingga tidak akan ada satupun amal perbuatan yang terlewati meskipun tersembunyi dan sangat kecil. Semuanya akan dicatat sebagai bukti di hari Akhir. Dengan teknologi Allah yang super canggih semuanya akan dihitung dan dinilai dihadapan mahkamah Allah di hari kiamat. Dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, dinilai berdasarkan kuantitas dan kualitasnya, sehingga bisa ditetapkan apakah amalan manusia di dunia itu gagal atau berhasil.
Semua tugas kekhalifahan dan tugas ibadah manusia akan terbukti.
Bagi yang berhasil tentu akan menerima bintang tanda jasa amal bakti dan berada dalam keridlaan Allah, diantar oleh para malaikat untuk memasuki surga dengan upacara dan penghormatan yang agung, mendapat ucapan selamat dari para malaikan atas keselamatannya.
Sebaliknya bagi yang gagal dan gugur dalam hisab dan mizan akan menyesal yang tiada tara, mendapat murka Allah diseret  dengan paksa memasuki neraka yang penuh kehinaan.
Bagaimana cara Allah melaksanakan sistem pengawasan melekat, penelitian dan menilai amal manusia untuk  membuktikan dalam pemeriksaanNya di hari Kiamat, digambarkan dalam Al-Qur’an surat Yasin ayat 65:




”Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberikan kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (Yasin:65)


4.      Adanya akal bagi manusia
Salah satu karunia Allah terhadap manusia yang paling mahal adalah akal. Sebagai pusat penalaran dan pemikiran sehingga dapat memahami dan mengerti segala persoalan yang sedang dihadapi.
Dengan akalnya manusia dapat mengerti aturan Allah, memahami hukum-hukum syari’at Islam, kemudian melaksanakannya. Karena akalnya pula manusia dapat menerima aturan Allah dan RasulNya sehingga manusia harus bertanggung jawab segala amal perbuatannya.
Akal manusia perlu dipelihara dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu manusia harus belajar, menuntut ilmu dari bauaian hingga liang lahat. B nayak ayat alQur’an yang mewajinlan dan mendorong manusia agaer menggunakan akalnya, berfikir rasional, dan memperhatikan segalam yang ada di alam ini untuk menemukan kebenaran dan kemaslahatan.
Segala bentuk penciptaan Allah di alam ini menjadi bahan pemikiran manusia dan merupakan alat bukti kekuasaan Allah sehingga mengantarkan manusia untuk menemukan keyakinan yang benar bahwa Allah menciptakan semua itu tidak sia-sia.
Konsep ulul albab (orang yang berakal) dalam alQur’an memberi pola paripurna kepada manusia bahwa manusia selain harus perfikir dan berzikir secara kontinyu juga harus menggunakan akal untuk memanfaatkan segala keadaan. Dengan berfikir dan berzikir, manusia bisa menyerap benarnya undang-undang Allah serta cepat memahami terhadap nilai yang ada dalam prinsip-prinsip Ketuhanan.
Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 190-191:







”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam  dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang berfikir, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata); ’Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imaran: 190-191)
Manusia yang tidak mau menggunakan akalnya akan ketinggalan jaman, akan kehilangan pegangan terhadap undang-undang Allah, akan menjadi salah langkah dan sesat.

5.      Memiliki hati atau qolbu
Karunia Allah yang berupa Qalbu atau hati ini merupakan pusat pengendalian rasa dan keinginan atau iradat manusia. Yang mengatur tingkal laku dan langkah manusia adalah hati. Kekuatan iradat ini menyebabkan manusia mau melaksanakan kegiatan untuk mencapai segala tujuan hidupnya secara sungguh-sungguh. Karena rasa yang ada dalam hatilah manusia bersemangat mencintai Allah dan RasulNya. Dengan iradat ini manusia melaksanakan segala kewajibannya dengan didasari keinginan sendiri berdasarkan pilihan sendiri.  
Mata hati manusia yang tajam akan mampu menangkap dan melihat cahaya petunjuk Allah serta capat menerima kebaikan, mampu melihat dengan jelas segala godaan setan yang akan menyusup kepada dirinya, mampu meneliti penyakit-penyakit dan kuman-kuman yang akan mengotori dirinya, mampu meneliti penyakit yang mulai menempel, dan sebagainya. Sebaliknya, mata hati yang tumpul akan menjadi mata hati setan yang tumpul dan tuli, tidak mampu melihat kebenaran, kebaikan, terkurung nafsu, dan selamanya berbuat maksiat. Dalam surat Al-A’raf dijelaskan sebagai berikut:




”Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereke mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 179)

6.      Adanya kemampuan dan kekuatan untuk melakukan
Yang terakhir, penyebab manusia harus beribadah yaitu memiliki kemampuan untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Allah sudah menyempurnakan manusia dengan anggota badan yang lengkap, panca indera yang sempurna, serta sarana-sarana lainnya untuk beramal saleh.
Hubungan dengan sesamanya yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara pribadi maupun dalam hubungan sosial. Demikian juga hubungan dengan alam lainnya.
Panca indra dan anggota badan lainnya merupakan alat badani manusia untuk berkarya dan beramal. Dengan dikomando oleh hati, dikendalikan oleh akal, setiap pekerjaan yang dilakukan manusia berdasar terhadap kesadaran, keinginan dan pengertian, dan kemampuan untuk mempertanggungjawabkannya. Untuk melaksanakan segala sesuatu dengan sempurna diperlukan peralatan yang lengkap, seperti lidah untuk berbicara, telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, hidung untuk mencium, tangan untuk memegang, kaki untuk melangkah, dan sebagainya. Peralatan tersebut mungkin saja kerjanya tidak sempurna karena sudah lemah, atau tidak berfungsi, sehingga kesempurnaan bekerja bergantung kepada kondisi. Sakit, cacat, atau badan lemah seperti tuli, bisu, dan sebagainya menyebabkan kemampuan manusia melaksanakan kekhalifan di dunia, untuk memegang amanah dan beribadah menjadi berkurang, sehingga kelak dalam mempertanggungjawabkannya pun di hadapan Allah berdasar kepada kuat atau lemahnya fisik masing-masing.



                                                                                 
                                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar